GANGGUAN KEPRIBADIAN OBSESIF KOMPULSIF
I. PENDAHULUAN
Gangguan obsesif-kompulsif digambarkan sebagai pikiran dan tindakan yang berulang yang menghabiskan waktu yang menyebabkan distress dan hendaya yang bermakna.1
Obsesi adalah aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, ide, impuls yang berulang. Sedangkan kompulsi adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan disadari seperti menghitung, memeriksa, dan menghindar. Tindakan kompulsi merupakan usaha untuk meredakan kecemasan yang berhubungan dengan obsesi namun tidak selalu berhasil meredakan ketegangan. Pasien dengan gangguan ini menyadari bahwa pengalaman obsesi dan kompulsi tidak beralasan sehingga bersifat egodistonik. 1
II. EPIDEMIOLOGI
Pravelensi gangguan kepribadian obsesif kompulsif tidak diketahui. Keadaan ini lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita dan didiagnosis paling sering pada pada anak tertua. Gangguan juga lebih sering terjadi pada sanak saudara biologis derajat pertama dari orang dengan gangguan tersebut dibanding dengan populasi umum. Pasien sering memiliki latar belakang yang ditandai oleh disiplin yang keras. Freud menghipotesiskan bahwa gangguan ini berhubungan dengan kesulitan pada stadium anal dari perkembangan psikoseksual, biasanya di sekitar usia 2 tahun. Tetapi, pada berbagai penelitian teori tersebut belum disahkan.2
Sebagian besar gangguan dialami pada saat remaja atau dewasa muda dengan umur berkisar 18 hingga 24 tahun, tapi bisa terjadi pada masa kanak.1
III. ETIOLOGI
1. Faktor biologi
Neurotransmitter
a) Sistem serotonergik
Banyak uji klinis obat yang telah dilakukan untuk mendukung hipotesis bahwa disregulasi serotonin terlibat dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dalam gangguan ini. Data menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem neurotransmiter lainnya, tetapi keterlibatan serotonin sebagai penyebab OCD belum jelas. Studi klinis telah menganalisis konsentrasi metabolit serotonin (misalnya, 5-hydroxyindoleacetic asam [5-HIAA]) dalam cerebrospinal fluid (CSF) serta afinitas dan jumlah ikatan trombosit dari imipramine yang telah dititrasi (Tofranil), yang berikatan dengan reuptake serotonin, dan melaporkan temuan pada pasien dengan OCD. 1
b) Sistem noradrenergik
Saat ini, ada sedikit bukti yang ada untuk disfungsi dalam sistem noradrenergik pada OCD. Laporan yang tidak resmi menunjukkan beberapa perbaikan dalam gejala OCD dengan penggunaan clonidine oral (Catapres), obat yang mengurangi jumlah norepinefrin dilepaskan dari ujung saraf presynaptic.1
2. Faktor Perilaku
Menurut ahli teori pembelajaran, obsesi adalah stimulus yang dipelajari. Sebuah stimulus yang relatif netral dikaitkan dengan rasa takut atau kecemasan melalui proses pembelajaran responden, yaitu dengan memasangkan stimulus netral dengan peristiwa berbahaya atau menimbulkan kecemasan. Dengan demikian, objek dan pikiran yang sebelumnya netral mampu mencetuskan kecemasan atau ketidaknyamanan.
Kompulsi yang dibentuk dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang menemukan bahwa beberapa tindakan dapat mengurangi kecemasan yang melekat pada pikiran obsesif. 1
IV. GAMBARAN KLINIS
Orang dengan gangguan obsesif kompulsif memiliki preokupasi akan peraturan, keteraturan, kerapian, rincian, dan pencapaian kesempurnaan. Ciri ini menyebabkan penyempitan umum keseluruhan kepribadian. Mereka bersikeras bahwa peraturan harus dikuti dengan patuh dan tidak dapatv menoleransi apa yang mereka rasakan sebagai pelanggaran. Demikian juga, mereka tidak memiliki fleksibilitas serta tidak toleran. Mereka mampu bekerja lama, rutin, dan tidak memerlukan perubahan yang tidak dapat mereka adaptasi.3
Orang dengan gangguan obsesif kompulsif memiliki keterampilan intrapersonal yang terbatas. Mereka mengasingkan orang lain, tidak mampu untuk berkompromi, dan memaksakan supaya ornag lain tunduk pada kebutuhan mereka, dan mereka tidak memiliki sifat humor. Meskipun demikian, mereka ingin menyenangkan orang yang mereka lihat lebih berkuasa dibandingkan diri mereka sendiri. Sesuatu yang mengancam merusak rutinitas kehidupan pasien atau stabilitas mereka dapat mencetuskan kecemasan yang berat yang terjalin dalam ritual yang mereka tetapkan pada kehidupan mereka sendiri dan dicoba untuk ditetapkan pada orang lain.2,3
Dalam sebuah studi oleh Baer pada tahun 1994, gejala OCD dibagi menjadi tiga kelompok:4
obsesi simetri dan akurasi sangat berkorelasi dengan perintah dan dorongan dengan sedikit pengulangan dan akumulasi ritual – namun obsesi penimbunan yang lemah berhubungan dengan obsesi dengan simetri sangat berhubungan dengan akumulasi dorongan sedikit dan pemesanan ritual.
Obsesi kontaminasi dengan dorongan pembersihan yang berkorelasi, seperti yang diharapkan tapi mengejutkan. Mengingat perbedaan klinis antara pembersih dan wanita, obsesi ini juga sedikit berkorelasi dengan kinerja ritual;
Seksual dan obsesi agama agak berkorelasi, dan dalam kelompok dengan obsesi agresif.
V. DIAGNOSIS
Pedoman diagnostik berdasarkan PPGDJ-III :5
Untuk menegakkan diagnosis pasti gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau menganggu aktivitas penderita.
Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
a) Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri;
b) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
c) Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan untuk merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas);
d) Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenagkan (unpleasantly repetitive).
Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi. Penderita gangguan obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang (F33.-) dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya.
Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara parallel dengan perubahan gejala obsesif.
Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih dulu.
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakan hanya bila tidak ada gangguan depresi pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul.
Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang pirmer.
Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang lain menghilang.
Gejala obsesif “sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau gangguan mental organic, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut.
Adapun kriteria diagnostic OCD yang lain adalah DSM-IV-TR yang memungkinkan klinisi merinci apakah pasien memiliki OCD tipe tilikan yang buruk jika mereka umumnya tidak menyadari obsesi dan kompulsinya berlebihan.: 1
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Obsesif Kompulsif :
Salah satu obsesi atau kompulsif
Obsesi didefinisikan sebagai berikut :
Pikiran, impuls atau bayangan yang pernah dialami yang berulang dan menetap yang intrusive dan tidak serasi, yang menyebabkan ansietas dan distress, yang selama periode gangguan.
Pikiran, impuls atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem kehidupan yang nyata.
Indvidu berusaha untuk mengabaikan dan menekan pikiran, impuls atau bayangan atau menetralisir dengan pikiran lain dan tindakan.
Individu menyadari bahwa pikiran, impuls, bayangan yang berulang berasal dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan factor luar atau pikiran yang disisipkan)
Kompulsi didefinisikan oleh (1) dan (2) :
Perilaku yang berulang (misalnya: cuci tangan, mengecek) atau aktifitas mental (berdoa, menghitung, mengulang kata tanpa suara) yang individu merasa terdorong melakukan dalam respon dari obsesinya, atau sesuai aturan yang dilakukan secara kaku.
Prilaku atau aktifitas mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan distress atau mencegah kejadian atau situasi; walaupun perilaku atau aktifitas mental tidak berhubungan dengan cara realistic untuk mencegah atau menetralisir.
Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit, individu menyadai bahwa obsesi dan kompulsi berlebihan dan tidak beralasan. Catatan: keadaan ini tidak berlaku pada anak.
Obsesi dan kompulsi menyebakan distress, menghabiskan waktu (membutuhkan waktu lebih dari satu jam perhari) atau menganggu kebiasaan, fungsi pekerjaan atau akademik atau aktifitas social.
Bila ada gangguan lain pada aksis I, isi dari obsesi dan kompulsi tidak terkait dengan gangguan tersebut.
Gangguan tidak disebabkan efek langsung dari penggunaan zat (misalnya penyalahgunaan zat,obat) atau kondisi medis umum.
Dengan tilikan buruk: jika untuk sepanjang episode individu tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsinya berat dan tidak beralasan.
VI. DIAGNOSIS BANDING
- Keadaan Medis
Persyaratan diagnostic DSM-IV-TR pada distres pribadi dan gangguan fungsional membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang sedikit berlebihan atau biasa. Gangguan neurologis utama dipertimbangkan dan diagnosis banding adalah gangguan Tourette, gangguan “tic” lainnya, epilepsy lobus termporalis dan kadang-kadang-kadang trauma serta komplikasi pascaensefalitis. 3
- Gangguan Tourette
Gejala khas gangguan Tourette adalah tik motorik dan vocal yang sering terjadi gejala bahkan setiap hari. Gangguan Tourete dan OCD memiliki awitan dan gejala yang serupa. Sekitar 90 peresen orang dengan gangguan Tourette memiliki gejala kompulsif dan sebanyak dua pertiga memenuhi kriteria diagnostik OCD.3
- Keadaan Psikiatri lain
Keadaan psikiatri lain yang dapat terkait erat dengan OCD adalah hipokondriasi, gangguan dismorfik tubuh, dan mungkin gangguan pengendalian impuls lain, seperti kleptomania dan judi patlogis. Pada semua gangguan ini, pasien memiliki berulang (contohnya kepedulian akan tubuh) atau perilaku berulang (contohnya mencuri). 3
VII. PERJALANAN GANGGUAN DAN PROGNOSIS
Perjalanan gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah bervariasi dan tidak dapat diramalkan. Dari waktu ke waktu, obsesi atau kompulsi dapat berkembang dalam perjalanan gangguan kepribadian. Beberapa remaja dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif berkembang menjadi orang dewasa yang hangat, terbuka, dan ramah; pada yang lainnya, gangguan ini dapat menjadi penanda skizofrenia atau beberapa dekade kemudian dan diperburuk oleh proses penuaan – gangguan depresi berat.3
Orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif dapat bekerja dengan baik dalam posisi yang membutuhkan pekerjaan metodologis, deduktif, atau terperinci, tetapi mereka rentan terhadap perubahan yang tidak diharapkan, dan kehidupan pribadi mereka tetap gersang. Gangguan depresif, terutama dengan onset yang lanjut, lazim terjadi.3
Indikasi prognosis buruk adalah: kompulsi yang diikuti, awitan masa kanak, kompulsi yang bizzare, memerlukan perawatan rumah sakit, ada komorbiditas dengan gangguan depresi, adanya kepercayaan yang mengarah ke waham dan adanya gangguan kepribadian ( terutama kepribadian skizotipal ). Inidkasi adanya prognosis yang baik adalah: adanya penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa yang menjadi pencetus, gejala yang episodik.1
VIII. TERAPI
Psikoterapi
Tidak seperti pasien dnegan gangguan kepribadian lain, pasien dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif sering menyadari enderitaan mereka, dan mereka mencari terapi sendiri. Karna dilatih dan siisolasikan secara berlebihan, pasien ini sangat menghargai asosiasi bebas dan terapi yang tidak mengarahkan. Meskipun demikian, terapinya lam dan rumit, seta masalah transferensi balik dapat terjadi.3
Farmakologi
Clonazepam (klonopin) adalah suatu benzodiazepin dengan antikonvulsan; pemakaian obat ini telah menurunkan gejala pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif parah. Kegunaannya pada gangguan kepribadian osesif kompulsif tidak diketahui. Clomipramine (Anafranil) dan obat seretonergik tertentu seperti fluoxetine, biasanya dengan dosis 60 – 80 mg per hari dapat berguna jika tanda dan gejala obsesif kompulsif mencuat. Campuran selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dengan agonis serotonin seperti nefazodone (serzone) dapat berguna.3
Terapi Perilaku
Terapi kelompok dan perilaku kadang-kadang memberikan keuntungan tertentu. Pada kedua konteks, mudah untuk mengganggu pasien dipertengahan interaksi atau penjelasan maladiktifnya. Pencegahan perilaku kebiasaanya membangkitkan ansietas dan membuat mereka rentan untuk mempelajari strategi yang baru. Pasien juga dapat menerima hadiah langsung untuk perubahannya di dalam terapi kelompok, sesuatu yang kurang memungkinkan dalam terapi individual.3
IX. KESIMPULAN
Obsesif kompulsi terbagi atas dua yaitu obsesif dan kompulsi. Sebuah obsesi adalah pikiran berulang dan mengganggu, perasaan,dan ide Kompulsi adalah perilaku yang berulang, disengaja atau tindakan mental orang yang merasa dipaksa untuk melakukan, biasanya dengan sebuah keinginan untuk melawan (misalnya mencuci tangan). Diantara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama-sama cenderung terkena, tetapi diantara remaja, laki-laki lebih lazim terkena daripada perempuan. Usia rerata awitan sekitar 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki usia sedikit lebih awal (laki-laki sekitar 19 tahun) daripada perempuan (sekitar 22 tahun).. Etiologi gangguan obsesif-kompulsif yaitu factor biologi (Neurotransmitter: Sistem noradrenergik dan Sistem serotonergik) dan faktor perilaku. Obsesi atau kompulsi merupakan ego-alien; yaitu dirasakan sebagai sesuatu yang asing bagi pengalaman diri sebagai makhluk psikologis. Tidak peduli sedemikian kuat dan memaksanya obsesi atau kompulsi, orang tersebut biasanya mengenalinya sebagai sesuatu yang aneh dan tidak rasional. Kadang-kadang pasien terlalu menilai lebih obsesi dan kompulsi. Misalnya, seorang pasien dapat memaksa bahwa kebersihan kompulsif secara moral adalah benar walaupun ia dapat kehilangan pekerjaan karena waktu dihabiskan untuk membersihkan. Diagnosis gangguan obsesif-kompulsif berdasarkan PPGDJ-III. Terapi dapat berupa psikoterapi suportif, farmakologi, dan terapi perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Elvira, SD. Hadisukanto, G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2010
Sadock.BJ, Sadock. VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis Psikatri: Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis, ed7, jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara: 1997
Sadock.BJ, Sadock. VA. Buku Ajar Psikiatri Klinis ed. 2. Jakarta: EGC, 2009
Anonym. Symptom of OCD- Stanford university. Available from : www.ocd.stanford.edu
Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPGDJ-III. Jakarta:2003
No comments:
Post a Comment